Kamis, 13 Desember 2012

Wonder Boy


Fakta-fakta SONIC



1.      Ketua kelas pertama SONIC merupakan ketua OSIS sekarang.
2.      Hanafi adalah ketua kelas paling tak terduga. (Padahal gara-gara enggak ada pilihan lain).
3.      Dea adalah orang yang mempunyai bersin paling unik sedunia.
4.      Kebanyakan anggota SONIC memiliki jabatan tertinggi di organisasi.
5.      Desember 2012 ini, Surya mempunyai kepala terpelontos di RT-nya.
6.      SONIC awalnya bernama SAESTU (yang artinya = Sebelas IPS satu)
7.      Yang paling takut sama balon di kelas, Cuma David.
8.      Orang paling pasrah di kelas hanya Lutfi (Bahkan di pukul-pukul ke tembok pasrah aja kali yak?).
9.      Bayu adalah orang yang selalu berkata, “Loh hari ini ulangan toh?” padahal memang ulangan. Bahkan, waktu gurunya udah masuk dan nyebar lembar soal, ia masih sempet ngomong kayak gitu.
10.  Nitya adalah cewek yang paling suka nyiksa pacarnya, yaitu David.
11.  Hanafi adalah satu-satunya orang yang punya pantat “tuing-tuing.”
12.  Nah, malah Bayu dan David yang enggak punya pantat.
13.  Desember 2012 ini juga, terbentuklah SONIC junior.
14.  Teater tahun ini, baru saat inilah ketua OSIS dibilang koplak sama penontonnya.
15.  Kalau bengkoang lebih banyak disukai cewek karena bisa memutihkan kulit, lah, si Wulan malah takut dan bakal gemetaran kalau ada orang makan di depannya.
16.  Nopi dan Ulfa mendapat rekor batuk terabadi.
17.  Zahra pernah punya masalah sama kelas 12.
18.  Zahra juga adalah orang yang paling sering meng-upload photo aneh-aneh dan pembunuhan karakter.
19.  Hanafi dan David, juga Bayu dan Nopi pernah rebutan sarung waktu nginep di tempat David.
20.  Surya pernah coba jadi pahlawan buat bu Nunuk.
21.  Bayu terkenal karena SLY (someone like you), yang akhirnya jadi semboyan di kelas.
22.  Dy adalah satu-satunya anak SONIC yang masuk IPA.
23.  Hanafi sering ngikutin kata-kata Ulfa, “ainai” dengan nada yang dibuat lawakan.
24.  Desember ini, Agil dan Ulfa berhasil lari bolak-balik koridor karena david sesak nafas karena ditakut-takutin balon sama anak-anak.
25.  Kalau lagi sesak nafas, David suka manggil-manggil bapaknya.
26.  Rama punya suara terksotis di SMANSAGA.
27.  Anis adalah cewek yang selalu mencampur logat Jepang di setiap kalimatnya.
28.  Mega adalah penggemar SUJU alias ELF yang kalau SUJU-nya dijelek-jelekin terutama Yesung malah diem aja. :p.
29.  Ida adalah orang yang gampang panic dan pernah berkata, “alah, pak, pak” waktu lompat tinggi. Nah, sampai sekarang sering dibuat lucu-lucuan sama Hanafi dan Bayu.
30.  Dedi adalah orang paling gaje di kelas.
31.  Dea, Salas dan Rama adalah trio couple yang selalu ke mana-mana bertiga.
32.  Sukses besahabat dengan Amalia, Rama berhasil menggaet adeknya, Tasha.
33.  SONIC adalah kelas IPS yang paling jarang bolos E+.
34.  Keseringan ngomong, alah, Ayu jadi ikut-ikutan jadi bahan lawakan anak-anak cowok, terutama Hanafi.
35.  Agil, Wulan dan Mega selalu punya rahasia yang tak pernah diketahui orang lain.
36.  Fitria berhasil menjadi cewek tereksotis di kelas, karena ke-cepongannya (Cepong = cewek penggoda (Acting)).
37.  Tak ada satu anak kelas SONIC pun yang tahu, kapan SONIC terbentuk.
38.  Salas sering berantem sama cowoknya.
39.  Winda sering goyang-goyang engak jelas waktu pelajaran.
40.  Putri merupakan cewek terimut di SONIC (Cause, her body is so slim).

Between Nurma, Bayu, and Hanafi



Cerita ini hanya karangan fiktif belaka. Jadi, jika ada pihak-pihak yang tersinggung, ya Maap…. J

Mentari makin lengser ke sebelah barat. Meski pelan, tapi pasti. Azan dzuhur sudah terdengar sejak tadi. Tapi, guru di depan kelas masih ngedumel enggak jelas. Semua siswa yang ada di kelas itu sama sekali tak ada yang memperhatikan.
Terlihat di paling pojok kiri belakang, Hanafi duduk termenung sendiri menatap keluar jendela. Melihat parkiran motor guru di luar. Satu motor yang terus saja ia amati. Motor mio warna hijau. Ah, sama persis dengan motor milik Nurma. Ah, ya. Ke mana Nurma? Tak ada di kelas. Oh, hanya ada dua puluh tiga kepala, dua puluh empat jika ditambah dengan guru di depan. Hanafi mengerlingkan kepala ke depan meja guru. Masih terlihat amplop putih dengan warna biru merah di pinggir-pinggirnya. Isinya sudah keluar entah ke mana. Yang jelas, tadi guru-guru yang masuk sebelum ini sudah membacanya. Mereka tahu bahwa hari ini Nurma tidak masuk. Ah, dia sakit.
“Sedang apa ya dia?” gumam Hanafi sendiri. Ia tak sadar bahwa sejak tadi Bayu yang duduk tepat di depannya terus saja memandanginya. Sesaat lamanya, setelah ia sadar guru di depan menutup dengan salam, ia baru menyadari gelagat Bayu.
“Ngapain lu?” sentaknya. Ia merasa risih dengan sikap Bayu.
“Ngapain aja sih? Ngelamun mulu?” Bayu tak menggubris protesan Hanafi tadi.
“Alah, mau tau aja. Lagian…”
“Han! Sholat yuk!” tiba-tiba suara Nopi memotong kata-kata Hanafi pada Bayu.
“Em, ya,” jawab Hanafi sambil beranjak dari tempat duduknya. Bayu terlihat tak bergeming. Ia baru bangkit setelah mendapat ocehan dari Wulan.
“Iya, iya. Aku sholat!” dengusnya setalah Wulan berkali-kali berkata, “Sholat sana lo, Yu!”
“Kamu aja enggak sholat!” batin Bayu. Padahal dia sendiri tahu kalau Wulan pasti sedang ada tamu. Makannya enggak sholat.
Hanya dalam waktu beberapa menit, kelas yang tadi terlihat agak ramai itu jadi sepi tak ada suara sama sekali. Wulan yang sukses menyemprot Bayu sudah pergi ke perpustakaan bersama Putri. Tapi, Zahra yang malas pergi ke perpustakaan malah sibuk dengan hp-nya.
***
Baru beberapa detik Hanafi mengangkat tangan untuk takbiratul ihram, Bayu kembali melongoknya.
“Woi anak gila! Buruan sholat! Udah tau kita enggak jama’ah tadi,” protesnya.
“Enggak pengen ketawa?” Tanya Bayu tanpa dosa.
“Hais… enggak penting amat sih ni anak. Enggak tau orang lagi galau kali yak?” Hanafi ngedumel dalam hati. Akhirnya, set… ia mengambil dua langkah ke kanan. Daripada enggak sholat-sholat, mending ngejauh deh. Bukan saatnya bercanda, begitu fikirnya. Meski begitu, Bayu masih ingin menjahili Hanafi, tapi, Nopi yang ada di sampingnya langsung menyikutnya dan segera mengisyaratkannya untuk segera sholat. Bayu hanya manyun kesal.
***
“Kita mau jengukin Nurma enggak nih?” Nitya yang mulai bosan dengan penjelasan guru setelah jam ibadah itu, menjawil Hanafi. Tentu saja ia berhasil pindah ke samping Hanafi tanpa ketahuan.
“Nah, kok Tanya aku?” Tanya Hanafi sok polos. Padahal, dia gugup karena takut jangan-jangan Nitya tahu perasaannya pada Nurma.
“Hais, gimana toh? Bukannya kamu ketua kelas? Ngikut kamu dong?” jawab Nitya. Dalam hati Hanafi menghela nafas. Oh, ternyata my feel is not to be real.
“Yah, tinggal anak-anak bisa enggak nanti. Aku juga ngikut kalian kok,” balas Hanafi. Padahal dia pinginnya bukan itu yang ingin disampaikan. Tapi, “Ya iyalah. Masa temen sakit kok enggak dijengukin.”
“Ya, bisa-bisa,” kata Nitya lalu pergi lagi ke bangkunya.
“Mau jengukin Nurma? Padahal dia udah sms aku baik-baik aja tuh,” Bayu nyahut tanpa membalikkan badan.
“Emang dia sms kayak mana?” Hanafi penasaran. Ah, kenapa bukan aku saja yang di sms? Sesalnya.
“Dia bilang dia udah baikan kok. Enggak perlu lagi dijengukin,” jawab Bayu masih tetap tak membalikkan badannya. Diam-diam Hanafi merasa kecewa. Ah, kok gitu sih. Apa dia enggak suka kalau aku ke sana? Hanafi bertanya-tanya.
“Jengukin lah. Kita kan keluarga,” Surya di samping Bayu tiba-tiba angkat bicara.
“Alah, sok bijak lu!” Bayu ketus. Tapi, surya malah cengar-cengir.
“Iya, deh. Jengukin aja. Kemarin, waktu Wulan sakit juga kita jengukin. Masa sekarang Nurma sakit enggak kita jengukin sih? Nanti dikira pilih kasih,” Hanafi mencoba mendesak Bayu.
“Ye, ya terserah toh. Orang aku Cuma menyampaikan apa yang sudah di smsnya padaku.”
“Ah, sok puitis lu…” Surya balas dendam.
“Biarin. Daripada cerpenis!” Bayu enggak mau kalah.
“Ssst! Berisik!” sentak Ulfa dan Zahra yang duduk di samping Surya dan Bayu berbarengan. Sontak, mereka bertiga langsung diam. Nah, giliran mereka yang diam, malah Zahra sama Ulfa yang kena semprot guru di depan. Dikira mereka yang ribut.
“Yang enggak salah malah kena semprot,” gerutu Zahra. Ulfa yang mendengarnya hanya menahan tawa.
***
“Aduh, sorry deh. Aku enggak bisa ikut jengukin Nurma. Ada something nih di rumah,” izin Anis saat mereka semua sudah berkumpul di lapangan bersama.
“Ya, deh. Enggak papa. Siapa lagi yang enggak bisa?” Hanafi melihat teman-temannya satu per satu. Ah, enggak ada. Berarti semua bisa dong.
“Hei! Naik apa nih yang enggak ada motor?” Amalia bicara tanpa angkat tangan.
“Antar jemput kan bisa,” Lutfi yang duduk tepat di belakangnya memberi ide.
“Ya, terserah, deh. Bensin, bensin kamu orang juga.”
Hanafi kembali melihat teman-temannya satu per satu. Yang ada motor, Surya, Bayu, Ayu, Fitria, Nitya, Zahra, Ida, Agil, Winda, Rama, dan dia sendiri. Sedangkan yang tidak, Dedi, Nopi, Lutfi, David, Salas, Dea, Ulfa, Mega, Putri, Amalia, dan Wulan.
“Pas kok, mak! Yang bawa motor sebelas, yang enggak juga sebelas. Mak Anis kan enggak ikut,” terang Hanafi yang biasa memanggil Amalia dan Anis dengan kata mak di depannya.
“Oh, ya sudi,” kata Amalia yang sebenarnya sudah tak memperduikan masalah motor. Ekspresi wajahnya yang menunjukkan ekspresi bosen, jengkel dan kocak membuat yang lain tertawa walau sebentar.
“Oke deh. Yok berangkat.”
***
“Huff! Nyampek juga tempat Nurma,” batin Hanafi. “Hem, Nurmanya kemana yak?”
“Assalamu’alaikum!” teriak teman-temannya mendahuluinya. Dia Cuma bisa garuk-garuk kepala. “Alah, pake keduluan segala,” katanya dalam hati.
“Wa’alaikum salam,” seseorang yang membuat hati Hanafi langsung mencair keluar dari balik pintu depan.
“Waduh, repot-repot segala. Padahal aku udah enggak papa lo,” kata Nurma yang langsung mepersilahkan teman-temannya itu masuk. Ya, walau akhirnya ditolak juga karena mereka memilih di teras saja.
“Ok deh! Aku ambilin minum dulu,” Nurma beranjak.
“Eits, enggak usah repot-repot, Ma. Keluarin aja semuanya,” Bayu coba ngelawak. Tapi, Zahra langsung beraksi, “Krik, krik, krik.”
“Hahahahaha….” Sontak semuanya tertawa.
“Ah, kampret lu, Ra?” protes Bayu. Sedangkan Nurma sudah masuk duluan.
Hanafi diam menghadap ke jalanan. Teman-temannya yang lain asyik bercanda tawa. Ia hanya menatap kosong jalanan yang berdebu itu.
“Ah, kalau aku lama-lama mendem perasaan ini, bisa gila aku!” katanya dalam hati. Baru kali ini ia memiliki perasaan cinta sebesar ini pada seorang cewek. Entah sejak kapan ia mulai menyukai Nurma. Tapi, sejak ia mulai sadar ia suka pada Nurma, ia merasa ada seseorang yang sudah tahu dan merasa tidak senang. Tapi ia tak tahu siapa. Yang jelas, orang itu ada di kelas. Apa ada seseorang yang suka padanya. Atau malah suka pada Nurma. Hanafi berfikir kembali, siapa yang kira-kira dekat dengannya atau Nurma. Kalau yang dekat dengannya hanya Amalia. Ah, mana mungkin. Mak Amal kan udah sama kak Ares, fikirnya. Yang dekat dengan Nurma… ah, ya. Bayu. Bayu selama ini dekat sekali dengan Nurma. Bahkan, mereka setiap harinya sering bercanda tawa. Apa mungkin Bayu?
“Dia bilang dia udah baikan kok. Enggak perlu lagi dijengukin,” Hanafi mengingat kata-kata Bayu di kelas tadi. Apa mungkin dia enggak senang kalau kita-kita jengukin Nurma karena di pingin jengukin Nurma sendirian? Atau, dia enggak pingin aku ketemu sama Nurma? Hanafi terus dihantui dengan pertanyaan-pertanyaan yang ia sendiri tak tahu apa jawabannya.
Hanafi berdiri. Ah, sebelum terlambat, mending aku duluan deh yang nembak Nurma, putusnya dalam hati. Saat ia berbalik, hei kemanakah Bayu?
“Lah, guys! Bayu ke mana?” Tanya Hanafi pada teman-temannya.
“Ke toilet katanya,” jawab Agil. Reflek Hanafi langsung berlari masuk ke rumah Nurma.
“Woi, mau ke mana, Han?” Nopi berteriak. “Nyusul!” jawab Hanafi sambil berlari.
“Nyusul kok ke toilet,” kata Nopi yang tanpa ia sadari teman-temannya malah tertawa dibuatnya.
“Aduh, aku keduluan lagi,” kata Hanafi sambil masih berlari. Rasanya, jauh amat dari depan ke belakang. Untung di rumah Nurma lagi enggak ada siapa-siapa.
“Aku, cinta sama kamu, Yu!”
Hanafi terhenti. Ia terpaku sesaat melihat adegan di dapur itu. Nurma terlihat baru saja menghentikan Bayu pergi dengan menarik tangannya. “Prak!” hancur hati Hanafi seketika. Bayu yang semula hanya menunduk akhirnya menyadari kehadiran Hanafi karena Hanafi tak sengaja menendang kursi di sampingnya saat hendak berbalik.
“Hanafi?!” Bayu terkejut dan secara reflek langsung melepaskan tangan Nurma. Hanafi berbalik dan melangkah cepat meninggalkan mereka berdua.
“Han!” teriak Bayu mencoba menghentikan Hanafi. Nurma masih sempat memanggil nama Bayu sebelum Bayu menghilang di balik gorden pintu ruang makan.
“Tunggu, Han!” Bayu menarik tangan Hanafi. Hanafi sontak terkejut. Entah mengapa ia bukannya marah pada Bayu, tapi malah gugup.
“Nga, ngapain sih?” tanyanya gemetaran.
“Aduh, sorry, ya. Tadi enggak seperti apa yang kamu liat, kok. Sumpah, deh!” Bayu membela diri.
“Ah, apa sih? Kalau emang sama kayak yang aku kira, juga enggak papa kok. Emang kenapa?”
“Tapi, Han…”
“Aku enggak papa. Tadi aku malu aja. Kayaknya timingnya enggak tepat banget ya aku ganggu acara nembak kamu sama Nurma?”
“Hah, nembak?” Bayu terlihat kebingungan.
“Yah, sorry. Diterusin aja. Enggak papa. Aku bisa pura-pura enggak tahu kok,” Hanafi mulai beranjak. Tapi…
“Han, kamu enggak ngerti. Bukan Nurma, Han. Tapi, kamu.”
“Ha???” Hanafi benar-benar tak mengerti.
“Iya, Han. Aku enggak cinta sama Nurma. Tapi, aku cintanya sama kamu.”
“PRAANG!!!” tiba-tiba gelas di tangan Nurma jatuh semua. Ia benar-benar terkejut melihat Bayu memeluk Hanafi dari belakang. Ia baru saja hendak mengantar minuman ke depan.
“Bayu, Hana…” lirih Nurma.
“Nurma…” lirih Hanafi.
“Ada apaan sih?” tiba-tiba teman-temnnya yang lain masuk begitu saja. Mungkin mereka penasaran dengan suara gelas yang jatuh dari tangan Nurma tadi. Tentu saja mereka langsung kaget bukan main melihat pose Bayu dan Hanafi.
“Bayu, Hana…” lirih mereka serempak.
Hanafi langsung melepaskan pelukan Bayu. Tapi, mereka tetap memandanginya. Dilihatnya Bayu hanya menunduk.
“Ah, apa-apaan ini? Aku kan niatnya mau nembak Nurma. Bukannya malah ditembak Bayu….” Hanafi terkapar. Dan setelah itu, ia bangun dan sudah ada di kamarnya.

The End
Sekali lagi, yak. Itu hanya karangan fiktif  belaka. Benar-benar fiktif. Yang aslinya bukan kayak gitu kok. Kita semua tahu enggak ada yang maho di kelas kita. Dan Hanafi juga sudah sama Nurma, kan. Hehe… Peace!!!! J
By : Chip_NSS
Sorry for : Hanafi, Bayu, and Nurma. It is not an intentional